0

Kilasan Wajah 14 Mei

Posted by amelia yahya on 7:01 AM
Selesai.
Aku rasa semuanya telah benar-benar selesai. Hatiku sepenuhnya ikhlas melepas tiap langkahan kakinya. Pergi.
Seakan semua benalu yang melilit di setiap sisi otakku telah berhasil lepas.
Seketika. Dan sangat cepat ku rasa.
Hanya dengan kilasan wajah yang dapat ditangkap oleh pupil mata.
Fikiran itu kini tenang
Hati kembali berongga, lega

Lucu bila diingat
Tembok yang selama ini sulit untukku bangun
Tiba-tiba terbangun begitu saja
Dalam satu hari. Tidak. Mungkin hanya beberapa menit.
Bahkan terbangun sangat kokoh
Dan sepertinya sulit untuk dihancurkan.
Oleh orang yang pernah menghancurkannya. Dulu. Orang yang sama.

Aku rasa dengan kilasan wajah yang akan tertangkap oleh mata, otak, mungkin hatipun
Hati ini kembali menggebu, cepat
Detak semakin meronta, hebat
Rasa aneh kembali menyelimuti lagu yang ku lantunkan. Lagu itu. Ya. Lagu itu
Pintu semakin terbuka lebar
Hati ? Haha kau pasti tahu apa yang ku kira akan terjadi pada hati ini

Tapi realita tidak sedang sejalan dengan dugaan hari ini. Dugaan rasa. Dugaan hati
Pintu yang dulu masih terbuka lebar karena enggan untuk tertutup
Kini seperti ada angin kencang yang datang menghantam pintu itu dengan kencang
Seketika tertutup. Rapat.
Hati yang menggebu tak lagi ku rasa
Detak yang tak hentinya meronta, dulu
Kini kembali tenang. Bersikap normal
Rasa aneh dalam lagu yang ku lantunkan. Hilang.
Dan hati. Kini benar-benar kosong.
Pintu ? Tenang. Ia akan terbuka kembali untuk orang yang benar-benar mempunyai kuncinya. Bukan yang mencurinya.
Seseorang yang membukanya dengan tulus. Bukan mendobraknya
Bukan pula yang membukanya perlahan, dengan manis. Kemudian dihempaskan dengan kencang hingga berbentur dengan dinding. Miris.

Ini saat yang ku tunggu. Yang dahulu ku rasa mungkin waktu ini tak akan tiba. Atau mungkin sangat lama untuk datang. Tapi ternyata, dia datang lebih cepat. Alasannya ? Simple ternyata. Hanya dengan kilasan wajah. Lagi-lagi.
Kilasan wajah menjawab seribu pertanyaan yang mengisi benak mungkin hampir meluap

Lucu bila diingat (lagi)
Jarum berdetik, hati meronta
Berdetik lagi, masih meronta
Sampai kilasan wajah itu memantul pada bola mata
Jarum berdetik, tiada terasa (lagi). Aneh. Tapi itu adanya.

Waktu inilah yang aku tunggu.
Waktu di mana saat aku mendengar namanya, hatiku biasa saja.

Bekasi, 14 mei 2016
-Amelia Yahya-

Copyright © 2009 Ada manis dalam pahit All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.